expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Petualangan Tom Sawyer

Tom Sawyer adalah seorang anak laki-laki yang sangat menyukai petualangan. Pada suatu malam ia melarikan diri dari rumah, lalu bersama temannya yang bernama Huck pergi ke pemakaman. "Hei, Huck! Kalau kita membawa kucing yang mati dan menguburnya, katanya kutil kita bisa diambil. " "Benar. Serahkan saja padaku! Masa'sih begitu saja takut. "

" Hei , tunggu! Ada orang yang datang! Tom dan Huck segera bersembunyi. "Bukankah itu dokter dan Kakek Peter? Dan itu si Indian Joe..." Kemudian Dokter dan Kakek Petter mulai bertengkar karena masalah uang. Untuk mendapatkan mayat, Dokter harus melakukan penggaliannya berdua. Lalu Kakek Petter mulai menaikkan harga, tetapi Dokter menolak. Kemudian Kakek Petter dipukul oleh Dokter hingga terjatuh. Setelah itu, si Indian Joe memungut pisau yang dibawa Kakek Petter dan melompat menyerang Dokter. Brukk!

Si Indian Joe membunuh Dokter, lalu pergi membawa lari uang itu. Keesokan harinya Dokter ditemukan meninggal dunia di pemakaman itu, dan orang-orang kota mulai berkumpul. "Ini adalah pisau Kakek Petter. Jadi, Kakek yang membunuh Dokter." "A... aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas... "Apa!? Aku telah melihat Kakek Petter membunuh Dokter." " Memang benar, pembunuhnya adalah Kakek Petter.

Kemudian Kakek Petter ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. "Wah... padahal pembunuh yang sebenarnya adalah si Indian Joe." "Tetapi, kalau kita mengatakan hal itu, si Indian Joe akan balas dendam dan membunuh kita... " Beberapa hari telah berlalu, dan semua orang tela.h melupakan kejadian itu. Pada suatu hari Tom bertengkar dengan Becky, gadis yang disukainya di sekolah. "Apa-apaan. Aku benci sama Tom."

Tom yang dimarahi oleh Becky merasa patah hati. Lalu temannya yang bernama Joe berkata, "Baik di rumah maupun di sekolah aku sudah tak diperlukan. Tom, kita melarikan diri saja, yuk! " Tom dan Joe mengajak Huck, mereka bermaksud hidup di sebuah pulau di tengah-tengah sungai. "Yahooo! Kalau begini, kita seperti bajak laut, ya! "Kita tak perlu pergi ke sekolah." Ketiganya menyeberangi sungai dengan rakit yang dibuatnya, dan mereka seharian bermain. Ketika mulai lapar, mereka pun makan telur goreng dan apel.

Keesokan harinya ketika mereka sedang bermain, tibatiba.... duaaar! Air sungai menyembur ke atas. "Oh, itu adalah isyarat dari seseorang yang sedang mencari orang yang tenggelam. " Orang-orang kota mengira Tom dan Joe tenggelam di sungai, lalu mereka pun datang untuk mencari. " Mungkin saat ini Bibi Polly sedang mengkhawatirkanku. Di tengah malam Tom berenang menyeberangi sungai, kembali ke rumahnya untuk melihat keadaan. Ketika Tom mengintip dari jendela, dilihatnya Bibi Polly dan Ibu Joe sedang menangis. "Semuanya meninggal dunia, ya..."

Kemudian Tom kembali ke pulau dan menceritakan hal itu pada Huck dan Joe. Mereka sangat terkejut. Akhirnya, mereka sepakat untuk pulang pada hari upacara pemakaman mereka. "Wah, Tom! Kamu pulang, ya.' "Joe, syukurlah kamu pulang dengan selamat." Semuanya gembira atas kepulangan mereka. Beberapa hari kemudian pengadilan Kakek Petter dimulai. Di pengadilan Kakek Petter ditetapkan sebagai pembunuh, dan ia akan dihukum mati. Untuk membebaskan Kakek Petter, Tom memberanikan diri menjadi saksi. "Pembunuh yang sebenarnya adalah si Indian Joe itu. "Kami telah melihat kejadian yang sesungguhnya." Si Indian Joe yang mendengar hal ini segera melompat dari jendela. Praaang! Ia melarikan diri. Kakek Petter merasa sangat gembira karena jiwanya tertolong. "Tom, terima kasih banyak. Begitu pengadilan berakhir, kota kembali pada kehidupannya semula. Pada suatu hari Huck dan Tom pergi ke sebuah rumah yang tak berpenghuni. Ketika keduanya sedang mencari sesuatu di tingkat dua, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam rumah. "Ooh! Si Indian Joe bersama sahabatnya, si pencuri! "

Untuk menyembunyikan uang yang telah dicurinya, para pencuri itu mulai menggali lantai. Dan... criing! Mereka mengeluarkan kotak emas. "Hyaaa! Harta karun yang banyak! "Baiklah, kita pindahkan persembunyiannya lalu kita beri tanda dengan kayu ini. " Si Indian Joe juga mulai naik ke tingkat dua, untuk memeriksa. "Bagaimana, nih? Kalau ketahuan, pasti kita dibunuh olehnya..." Praaak! Gedebug! Karena papan tangganya sudah lapuk, di tengah-tengah tangga si Indian Joe terjatuh. Tom dan Huck pun merasa lega.

Beberapa hari telah berlalu. Pada suatu hari Huck mengikuti Indian Joe dan temannya sendirian. "Apakah mereka mau menyembunyikan emasnya?" Tetapi, Indian Joe dan temannya bermaksud menyerang rumah Nyonya Douglas. "Gawat! Aku harus cepat-cepat memberitahukannya pada seseorang! " Karena pemberitahuan Huck, orang yang rumahnya bertetangga dengan Nyonya Douglas segera membawa senapan dan menembak para pencuri itu. Door! Door! Indian Joe dan temannya sangat terkejut, lalu mereka melarikan diri. " Sudah tidak apa-apa, kok!! "Ini semua berkat Huck. Terima kasih atas pemberitahuannya, ya! "

Di lain pihak Tom, Becky, dan teman-temannya pergi berpiknik bersama-sama. Tetapi, Tom dan Becky tersesat di sebuah goa. Mereka tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba, muncul asap membumbung mengelilingi keduanya. "Kyaaa! Tom, aku takut!" "Oh, ada seseorang! " Tiba-tiba muncullah sosok Indian Joe di depan Tom dan Becky. Saking terkejutnya, sampai-sampai keduanya sulit untuk bemafas. "Waaaw! Ayo, lari! Dengan cepat, Tom dan Becky berlari hingga keluar dari dalam goa. Akhimya mereka pulang.
Bibi Polly yang khawatir sangat gembira dengan kepulangan kedua anak itu. Ketika Tom pergi bermain ke rumah Becky, ayah Becky berkata, Tom karena goa itu berbahaya, sebaiknya ditutup saja. "Ya... tetapi di situ ada Indian Joe. Ketika semuanya pergi ke sana, temyata Indian Joe jatuh pingsan di pintu masuk goa. la tersesat. Kemudian mereka menutup pintu masuk goa, dan menjebloskan Indian Joe ke dalam penjara. "Temyata Indian Joe menyembunyikan emasnya di atas batu yang terletak di dalam goa ini dan telah diberi tanda. " Tom dan Huck masuk ke dalam goa dengan melewati jalan rahasia. Ketika mereka menggali batu yang sudah diberi tanda, mereka melihat emas yang disembunyikan kedua orang pencuri itu.

"Horee dengan harta ini, kita akan menjadi kaya!" Saat Tom dan Huck pulang, Nyonya Douglas yang telah ditolong oleh Huck mengadakan pesta untuk menyambut mereka.

"Petualangan Tom Sawyer" adalah cerita yang diangkat dari kisah di Mississipi, Amerika. Menceritakan tentang pemuda nakal, bernama Tom dan sahabatnya, Huck. Inti ceritanya ada di tengah-tengah cerita, sehingga menjadi dan mudah dimengerti.
Sumber Cerita: Dongeng1001malam.blogspot.com

Telaga Bidadari

Dahulu kala, ada seorang pemuda yang tampan dan gagah. Ia bernama Awang Sukma. Awang Sukma mengembara sampai ke tengah hutan belantara. Ia tertegun melihat aneka macam kehidupan di dalam hutan. Ia membangun sebuah rumah pohon di sebuah dahan pohon yang sangat besar. Kehidupan di hutan rukun dan damai. Setelah lama tinggal di hutan, Awang Sukma diangkat menjadi penguasa daerah itu dan bergelar Datu. Sebulan sekali, Awang Sukma berkeliling daerah kekuasaannya dan sampailah ia di sebuah telaga yang jernih dan bening. Telaga tersebut terletak di bawah pohon yg rindang dengan buah-buahan yang banyak. Berbagai jenis burung dan serangga hidup dengan riangnya. "Hmm, alangkah indahnya telaga ini. Ternyata hutan ini menyimpan keindahan yang luar biasa," gumam Datu Awang Sukma.

Keesokan harinya, ketika Datu Awang Sukma sedang meniup serulingnya, ia mendengar suara riuh rendah di telaga. Di sela-sela tumpukan batu yang bercelah, Datu Awang Sukma mengintip ke arah telaga. Betapa terkejutnya Awang Sukma ketika melihat ada 7 orang gadis cantik sedang bermain air. "Mungkinkah mereka itu para bidadari?" pikir Awang Sukma. Tujuh gadis cantik itu tidak sadar jika mereka sedang diperhatikan dan tidak menghiraukan selendang mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga. Salah satu selendang tersebut terletak di dekat Awang Sukma. "Wah, ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan selendang di pohon itu," gumam Datu Awang Sukma.

Mendengar suara dedaunan, para putri terkejut dan segera mengambil selendang masing-masing. Ketika ketujuh putri tersebut ingin terbang, ternyata ada salah seorang putri yang tidak menemukan pakaiannya. Ia telah ditinggal oleh keenam kakaknya. Saat itu, Datu Awang Sukma segera keluar dari persembunyiannya. "Jangan takut tuan putri, hamba akan menolong asalkan tuan putri sudi tinggal bersama hamba," bujuk Datu Awang Sukma. Putri Bungsu masih ragu menerima uluran tangan Datu Awang Sukma. Namun karena tidak ada orang lain maka tidak ada jalan lain untuk Putri Bungsu kecuali menerima pertolongan Awang Sukma.

Datu Awang Sukma sangat mengagumi kecantikan Putri Bungsu. Demikian juga dengan Putri Bungsu. Ia merasa bahagia berada di dekat seorang yang tampan dan gagah perkasa. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi suami istri. Setahun kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang cantik dan diberi nama Kumalasari. Kehidupan keluarga Datu Awang Sukma sangat bahagia.

Namun, pada suatu hari seekor ayam hitam naik ke atas lumbung dan mengais padi di atas permukaan lumbung. Putri Bungsu berusaha mengusir ayam tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah bumbung bambu yang tergeletak di bekas kaisan ayam. "Apa kira-kira isinya ya?" pikir Putri Bungsu. Ketika bumbung dibuka, Putri Bungsu terkejut dan berteriak gembira. "Ini selendangku!, seru Putri Bungsu. Selendang itu pun didekapnya erat-erat. Perasaan kesal dan jengkel tertuju pada suaminya. Tetapi ia pun sangat sayang pada suaminya.

Akhirnya Putri Bungsu membulatkan tekadnya untuk kembali ke kahyangan. "Kini saatnya aku harus kembali!," katanya dalam hati. Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya sambil menggendong bayinya. Datu Awang Sukma terpana melihat kejadian itu. Ia langsung mendekat dan minta maaf atas tindakan yang tidak terpuji yaitu menyembunyikan selendang Putri Bungsu. Datu Awang Sukma menyadari bahwa perpisahan tidak bisa dielakkan. "Kanda, dinda mohon peliharalah Kumalasari dengan baik," kata Putri Bungsu kepada Datu Awang Sukma." Pandangan Datu Awang Sukma menerawang kosong ke angkasa. "Jika anak kita merindukan dinda, ambillah tujuh biji kemiri, dan masukkan ke dalam bakul yang digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling. Pasti dinda akan segera datang menemuinya," ujar Putri Bungsu.

Putri Bungsu segera mengenakan selendangnya dan seketika terbang ke kahyangan. Datu Awang Sukma menap sedih dan bersumpah untuk melarang anak keturunannya memelihara ayam hitam yang dia anggap membawa malapetaka.

Pesan moral : Jika kita menginginkan sesuatu sebaiknya dengan cara yang baik dan halal. Kita tidak boleh mencuri atau mengambil barang/harta milik orang lain karena suatu saat kita akan mendapatkan hukuman.

Cerita Tentang Danau Xihu

Danau Xihu atau Danau Barat merupakan sebutir mutiara cemerlang di kota Hangzhou, ibukota Provinsi Zhejiang Tiongkok Timur. Tiga jurusannya dikelilingi gunung dan pemandangan sangat indah permai. Dua tibah yaitu tibah Putih dan Tibah Suti yang dinamakan penyair terkenal Tiongkok Su Dongpo dan Bai Juyi bagaikan dua pita hijau menyandang pinggir danau itu.
Tentang Danau Xihu ada banyak cerita indah.
Pada masa yang silam, di Gunung Emei terdapat dua ular yang sudah menggembleng diri selama ribuan tahun, satu ekor diantaranya adalah ular putih dan satu lainnya ular hijau. Mereka menjelma menjadi dua gadis cantik, masing-masing diberi nama Bai Su zhen dan Xiao Qing. Mereka berdua sering bermain-main di Danau Xihu.
Di pinggir jembatan Danau Xihu, Xu Xian, seorang laki-laki menyaksikan kedua gadis itu bernaung dibawah pohon karena hujan, maka Xu Xian memberikan payung kepada mereka.
Bai Suzhen dan Xu Xian saling jatuh cinta dan menikah tak lama kemudian. Setelah kawin, suami istri itu telah membuka sebuah toko obat-obatan. Bai Suzhen sangat trampil dalam kedokteran dan sibuk mengobati para pasien setiap hari.
Setelah mengetahui bahwa Bai Suzhen adalah seekor ular siluman, biksu Fa Hai di Kuil Jin Shan di Kota Zhenjiang menasihati Xu Xian supaya berpisah dengan Bai Suzhen.
Biksu Fa Hai mengajar Xu Xian bagaimana membujuk Bai Suzhen. minum arak kuning pada Hari Pecun tanggal lima bulan lima Imlek, dengan demikian, Bai Suzhen akan kembali ke bentuk aslinya, menjadi ular. Xu Xian tidak percaya apa yang dikatakan Biksu Fa Hai. Tapi mengingat pada Hari Pecun dan semua orang harus minum arak kuning, maka Xu Xian membujuk Bai Suzhen minum secangkir arak kuning. Setelah minum arak kuning itu, Bai Suzhen nampaknya mabuk. Maka, Xu Xian memapah Bai Suzhen ke tempat tidur. Xu Xian mati ketakutan ketika menoleh lagi ke arah Bai Suzhen, karena Bai Suzhe berubah menjadi seekor ular putih yang besar.
Setelah sadar, Bai Suzhen selekasnya mencuri jamur “ Ling Zhi ( sejenis jamur untuk obat ) ” ke gunung mukjizat untuk mengobati suaminya Xu Xian. Dewa “ Nanji ” terharu oleh rasa tulus Bai Suzhen terhadap suaminya, maka memberikannya jamur “ Ling Zhi ”. Jadi, Xu Xian hidup kembali.

source: China ABC

Cerita Dongeng Burung Garuda

Pengikut cerita dongeng dalam Hikayat Merong Mahawangsa atau "Sejarah Kedah" dimulai dengan taufan yang membubarkan angkatan laut yang mengiring anak Raja Rom dalam pelayarannya ke Benua Cina disebabkan oleh seekor burung garuda (dewa Hindu, sebahagian manusia dan sebahagian burung).
Burung garuda ini kononnya duduk berseorangan di Pulau Langkawi selepas peperangan Pyrhic di antara Sri Rama Vishnu dengan Hanuman (dewa Monyet) yang telah membinasakan pulau itu.
Pada suatu hari datanglah seekor burung rajawali berjumpa burung garuda itu dan memberi perkhabaran kata anak Raja Rom sedang bersiap hendak berangkat ke Benua Cina dan di sana, ia akan berkahwin dengan seorang puteri Raja Cina. la mendapat perkhabaran ini dari seekor burung kakak tua yang menyatakan juga angkatan Raja Rom sangat besar untuk mengiring bakal pengantin itu.
Maka, apabila burung garuda mendengar cerita, itu ia berazam hendak menahan perkahwinan itu daripada terjadi, tetapi sebelum ia berbuat demikian, ia hendak pergi menghadap Nabi Allah Sulaiman terlebih dahulu.
Semasa menghadap Nabi Allah Sulaiman, burung garuda memaklumkan kepada baginda akan perkahwinan itu tidak harus terjadi kerana kedua-dua anak Raja itu tinggal berjauhan.
Nabi Allah Sulaiman bersabda jika sudah ada jodoh pertemuan di antara ke­duanya tiada sesiapa dalam dunia ini berkuasa boleh menahannya.
Burung garuda itu menjawab ia hendak menahan perkahwinan itu daripada berlaku. Jika tidak berjaya, ia akan berundur dari dunia ini.
Burung garuda itu pun bermohon lalu terbang ke Benua Cina dan berjanji akan balik menghadap menceritakan kesudahannya. Sesampainya di Benua Cina, ia pun menyambar Puteri Raja Cina itu dengan kukunya bersama dengan dayang dan kundangnya lalu diterbangkan ke Pulau Langkawi. Di sini, puteri dengan dayang dan kundangnya diletakkan dalam sebuah mahligai.
Sementara itu, angkatan laut anak Raja Rom pun berlayar di bawah perintah Raja Merong Mahawangsa. Ayah Merong Mahawangsa ini ialah keturunan indera-­indera dan bondanya berasal dari dewa-dewa raksasa.
Selepas angkatan laut itu bertolak, garuda itu pun datang menyerang. Setiap kali ia cuba hendak membinasakan kapal-kapal angkatan itu, Merong Mahawangsa menukar anak panahnya menjadi jentayu menangkisnya. Tetapi pada masa kapal Merong Mahawangsa singgah di suatu pulau kerana hendak mengambil bekalan air dan berpisah dengan kapal-kapal yang lain, burung garuda itu telah berjaya di atas cita-citanya. Ia telah menenggelamkan semua kapal-kapal dan boleh dikatakan semua anak-anak kapal telah mati lemas.
Burung garuda itu menyangka anak Raja Rom pun telah mati lemas juga tetapi ia tidak tahu bahawa anak Raja itu dapat menyelamatkan dirinya dengan bergantung pada sekeping papan dan hanyut dibawa arus ke pantai Pulau Lang­kawi.
Di pulau itu, ia telah berjumpa dengan dayang dan kundang Puteri Raja Cina itu dan dibawa menghadapnya. Burung garuda itu tidak tahu tentang hal ini kerana dirahsiakan dan anak Raja Rom itu bersembunyi di dalam sebuah gua.
Kerana yakin bahawa anak Raja Rom itu telah terkorban, burung garuda pun terbang pergi menghadap Nabi Allah Sulaiman sembah maklum dengan takburnya mengatakan ia telah menangkap Puteri Raja Cina, dayang dan kundangnya dan telah memusnahkan angkatan laut Raja Rom dan membunuh anak Raja Rom.
Apabila Nabi Allah Sulaiman mendengar percakapan takbur burung garuda itu, ia pun menitahkan Raja Jin yang bernama Harman Shah, menghantarkan wazirnya dengan seratus orang jin membawa Puteri Raja Cina dan anak Raja Rom serta dayang dan kundang masuk menghadap. Wazir itu pun menyembah dan membawa balik keempat-empat orang itu.
Maka, kerana malu di atas kegagalannya menahan perkahwinan itu, burung garuda pun terbang berundur dari dunia membuang diri.
Nabi Allah Sulaiman pun memerintahkan Harman Shah membawa kedua-dua putera dan puteri ke Benua Cina dan dikahwinkan mengikut adat istiadat anak Raja-raja.
Raja Merong Mahawangsa yang telah menyangka anak Raja Rom itu telah hilang, belayar masuk ke Kuala Merbok dan menurut sejarah Kedah, ia telah dilantik menjadi Raja Kedah yang pertama.

Oleh: James F. Augustin

ASAL USUL WAYAN MADE KOMANG KETUT (NAMA-NAMA ORANG BALI)

I di depan Wayan adalah kata sandang yang bermakna laki-laki. Kata sandang penanda perempuan adalah Ni. I dan Ni juga bermakna serorang lelaki dan wanita dari keluarga kebanyakan (jaba). Jika misalnya ia terlahir di keluarga penempa besi, ia bernama Pande Wayan Gubar. Bila di depan Wayan, gelarnya Ida Bagus, ia tentunya terlahir di keluarga Brahmana. Ida Bagus berarti yang Tampan atau Terhormat. Jika saja ia digelari anak Agung, pastilah ia lahir di keluarga bangsawan.

Wayan berasal dari kata “wayahan’ yang artinya yang paling matang. Titel anak kedua adalah Made yang berakar dari kata madia yang artinya tengah. Anak ketiga dipanggil Nyoman yang secara etimologis berasal dari kata uman yang bermakna “sisa” atau “akhir”. Jadi menurut pandangan hidup kami, sebaiknya sebuah keluarga memiliki tiga anak saja. Setalah beranak tiga, kita disarankan untuk lebih “bijaksana”. Namun zaman dahulu, obat herbal tradisional kurang efektif untuk mencegah kehamilan, coitus interruptus tidak layak diandalkan, dan aborsi selalu dipandang jahat, sehingga sepasang suami istri mungkin saja memiliki lebih dari tiga anak.

Anak keempat gelarnya Ketut. Ia berasal dari kata kuno Kitut yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Ia adalah anak bonus yang tersayang. Karena program KB yang dianjurkan pemerintah, semakin sedikit orang Bali yang bertitel Ketut. Itu sebabnya ada kekhawatiran dari sementara orang Bali akan punahnya sebutan kesayangan ini.

Orang Bali memiliki sebuah tabu bahwa petani tidak boleh menyebut kata tikus, di Bali disebut bikul, di sawah, karena hal ini bagai mantra yang bisa memanggil tikus. Untuk itu di sawah, orang memanggilnya dengan julukan spesial ” Jero Ketut”. Ia bermakna tuan kecil. Ini berangkat dari pandangan bahwa tikus bagimanapun juga adalah bagian dari keseimbangan alam.

Bila keluarga berancana gagal, dan sebuah keluarga memiliki lebih dari empat anak, maka mulai dari anak kelima, orang Bali mengulang siklus titel di atas. Anak kelima bergelar Wayan, keenam Made, dan seterusnya.

Oleh : Arya Pratithi Sentana Manikan

Timun Mas

Mbok Sirni namanya, ia seorang janda yang menginginkan seorang anak agar dapat membantunya bekerja.

Suatu hari ia didatangi oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu berusia enam tahun harus diserahkan keraksasa itu untuk disantap.
Mbok Sirnipun setuju. Raksasa memberinya biji mentimun agar ditanam dan dirawat setelah dua minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu yang paling besar dan berkilau seperti emas.

Kemudian Mbok Sirni membelah buah itu dengan hati-hati. Ternyata isinya seorang bayi cantik yang diberi nama timun emas.

Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa untuk menagih janji Mbok sirni amat takut kehilangan timun emas, dia mengulur janji agar raksasa datang 2 tahun lagi, karena semakin dewasa,semakin enak untuk disantap, raksasa pun setuju.

Mbok Sirnipun semakin sayang pada timun emas, setiap kali ia teringat akan janinya hatinyapun menjadi cemas dan sedih.

Suatu malam mbok sirni bermimpi, agar anaknya selamat ia harus menemui petapa di Gunung Gundul. Paginya ia langsung pergi. Di Gunung Gundul ia bertemu seorang petapa yang memberinya 4 buah bungkusan kecil, yaitu biji mentimun, jarum, garam,dan terasi sebagai penangkal. Sesampainya dirumah diberikannya 4 bungkusan tadi kepada timun emas, dan disuruhnya timun emas berdoa.

Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Timun emaspun disuruh keluar lewat pintu belakang untuk Mbok sirni.

Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun teringat akan bungkusannya, maka ditebarnya biji mentimun.

Sungguh ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu malah menambah tenaga raksasa.
Lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap tumbuhlan pohon-pohon banbu yang sangat tinggi dan tajam.

Dengan kaki yang berdarah-darah raksasa terus mengejar. Timun emaspun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya.

Seketika hutanpun menjadi lautan luas. Dengan kesakitannya raksasa dapat melewati.
Yang terakhit Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasapun mati.

" Terimakasih Tuhan, Engkau telah melindungi hambamu ini " Timun Emas mengucap syukur. Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sirni hidup bahagia dan damai.

Sumber : Dongeng1001Malam.blogspot

Robohnya Surau Kami

KALAU beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpangbis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat.Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpangkecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itunanti akan Tuan temui sebuah surau.
Di depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuranmandi. Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaanya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun iasebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.
Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yangdipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasilpemunggahan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrahId kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih dikenal sebagai pengasahpisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolongkepadanya, sedang ia tak pernah meminta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yangminta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Oranglaki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang palingsering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum. Tapi kakek ini sudah tidakada lagi sekarang. Ia sudah meninggal.
Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannyasebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yangkehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari. JikaTuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucianyang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari didalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masabodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak dijaga lagi. Dan biangkeladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarnya.
Beginilah kisahnya. Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek. BiasanyaKakek gembiri menerimaku, karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitumuram. Di sudut benar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya.Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang mengamuk pikirannya. Sebuahbelek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukurtua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belumpernah salamku tak disahutinya seperti saat itu.

Kemudian aku duduk di sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek,
"Pisau siapa, Kek?"
"Ajo Sidi."
"Ajo Sidi?"
Kakek tak menyahut.
Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku inginketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi inijarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesarbaginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untukdiejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungkuyang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya. Ketika sekali ia menceritakan bagaimanasifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan jadi pemimpin berkelakuanseperti katak itu, maka untuk selanjutnya pemimpin tersebut kami sebutkan pemimpin katak.
Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo 
Sidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakan Kakek? Aku

ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi,
"Apa ceritanya, Kek?"
"Siapa?"
"Ajo Sidi."
"Kurang ajar dia." Kakek menjawab.
"Kenapa?" "Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh
tenggoroknya."
"Kakek marah?"
"Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam.Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatkurusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan.Sudah begitu lama aku menyerahkan diriku kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orangyang sabar dan tawakal."
Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku
tanya lagi Kakek:
"Bagaimana katanya, Kek?" Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali.
Karena aku telah berulang-ulang bertanya, lalu ia yang bertanya padaku.
"Kau kenal padaku, bukan? Sedari kecil aku sudah di sini. Sedari mudaku, bukan? Kautahu apa yang kulakukan semua, bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semuapekerjaanku?"
Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membuka
mulutnya, di takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaanya sendiri.
"Sedari mudaku aku di sini, bukan? Tak kuingat punya istri, punya anak, punyakeluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin carikaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahuwata'ala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya.Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yangkulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak Kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih penyayangkepada umat-Nya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul bedukmembangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiapwaktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila aku menerimakarunia-Nya. Astagfirullah kataku bila aku terkejut. Masya-Allah, kataku bila aku kagum.Apalah salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."

Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku,
"Ia katakan Kakek begitu, Kek?"
"Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya."
Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku akumengumpati Ajo Sidi. Tapi aku lebih ingin mengetahui apa ceritanya Ajo Sidi yang begitumemukuli hati Kakek.
Dan ingin tahuku menjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita juga.
“Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “di akhirat, Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tangan merekatergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyaknya orang yang diperiksa.Maklumlah di mana-mana ada perang.
Dan di antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai HajiSaleh. Haji Saleh itu tersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkanke surga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada danmenekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya 
menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga, iamelambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan “selamat ketemu nanti”. Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut di muka, bertambah yang di belakang.Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya. Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil

tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.
"Engkau?"
"Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku."
"Aku tidak tanya nama. Nama bagiku tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia."
"Ya, Tuhanku."
"Apa kerjamu di dunia?"
"Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku."
"Lain?"
"Setiap hari, setiap malam, bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu."
"Lain?"
"Segala tegah-Mu, kuhentikan, Tuhanku. Tak pernah aku berbuat jahat, walaupun dunia
seluruhnya penuh oleh dosa-dosa yang dihumbalangkan iblis laknat itu."
"Lain?"
"Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu,menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mu menjadi buahbibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Mu untuk menginsafkanumat-Mu."
"Lain?"
Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan.Tapi ia insaf, bahwa pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belumdikatakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia tak tahu lagiapa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya. Api neraka tiba-tibamenghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan ia menangis. Tapi setiap air matanyamengalir, diisap kering oleh hawa panas neraka itu.
"Lain lagi?" tanya Tuhan.
"Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih dan
Penyayang, Adil dan Mahatahu."
Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasat merendahkan diri dan memuji Tuhandengan pengharapan semoga Tuhan bisa berbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanyakepadanya. Tapi Tuhan bertanya lagi: "Tak ada lagi?"
"O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu."
"Lain?" "Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang aku lupa

mengatakannya, aku pun bersyukur karena Engkaulah yang Mahatahu."
"Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?"
"Ya, itulah semuanya, Tuhanku."
"Masuk kamu."
Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidakmengerti kenapa ia dibawa ke neraka. Ia tak mengerti yang dikehendaki Tuhan daripadanyadan ia percaya Tuhan tidak silap. Alangkah tercenggangnya Haji Saleh, karena di neraka itubanyak teman-temannya di dunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah takmengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang-orang yang dilihatnya di neraka itutak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empatbelas kali ke Mekah dan bergelar syekh pula.
Lalu Haji Saleh mendekati mereka, dan bertanya kenapa mereka dinerakakan
semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun, tak mengerti juga.
"Bagaimana Tuhan kita ini?" kata Haji Saleh kemudian,
“Bukankah kita disuruhnya-Nya taat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah
kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.”
“Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang se-negeri dengan kita semua, dan tak 

kurang ketaatannya beribadat.”
“Ini sungguh tidak adil.”
“Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.
“Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.”
“Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke neraka ini.”
“Benar. Benar. Benar.” Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.
“Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking
di dalam kelompok orang banyak itu.
“Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh.
“Apa kita revolusikan juga?” tanya suara lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin

gerakan revolusioner.
“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh.
“Yang penting sekarang, mari kita berdemontrasi menghadap Tuhan.”
“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demontrasi saja banyak yang kita peroleh,” sebuah
suara menyela.
“Setuju. Setuju. Setuju.”
Mereka bersorak beramai-ramai. Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap
Tuhan. Dan Tuhan bertanya. “Kalian mau apa?”
Haji Saleh yang jadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara
menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya:
“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yangpaling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalumenyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun kami membacanya.Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkaumasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang tak diingini, maka di sini, atasnama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kaujatuhkankepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkaujanjikan dalam Kitab-Mu.”

“Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan.
“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.”
“O, di negeri yang tanahnya subur itu?”
“Ya, benarlah itu, Tuhanku.”
“Tanahnya yang mahakaya-raya, penuh oleh logam, minyak dan berbagai bahan
tambang lainnya bukan?”
“Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.” Mereka mulai menjawab
serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah

mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.
“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?”
“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”
“Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”
“Negeri yang lama diperbudak orang lain?”
“Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.”
“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya ke negerinya,
bukan?”
“Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.”
“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang
hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?”
“Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yang penting

bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”
“Engkau rela tetap melarat, bukan?”
“Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.”
“Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?”
“Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu
mereka hafal di luar kepala."
“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?”
“Ada, Tuhanku.”
“Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniayasemua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka.Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku berikau negeri yang kaya-raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadattidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanyaberamal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkaukira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji danmenyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai, Malaikat, halaulah merekaini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”
Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apajalan yang diredhai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastian apakah yangdikerjakannya di dunia itu salah atau benar.
Tapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang
mengiring mereka itu.
"Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?" tanya Haji
Saleh.
"Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kautakut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupankaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar-kacirselamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di duniaberkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikit pun."
...Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi

menjenguk.
"Siapa yang meninggal?" tanyaku kaget.
"Kakek."
"Kakek?"
"Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan
sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur."
"Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara," kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku
yang tercengang-cengang. Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya

saja. Lalu aku tanya dia.
"Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi.
"Tidakkah ia tahu Kakek meninggal?"
"Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuh lapis."
"Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh

perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, "dan sekarang ke mana dia?"
"Kerja"
"Kerja?" tanyaku mengulangi hampa.
"Ya. Dia pergi kerja."

OLEH: A.A Navis( Saya adalah salah satu penggemar Cerpen indah ini, semoga karya cantik ini bisa mengugah kita semua akan arti ibadah yg sesungguhnya) 

Kisah Nabi Nuh( Islam)

Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris. 


Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta belaka."

Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:"Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu." 

Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:

"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah! Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka."

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam. 

Nabi Nuh Membuat Kapal

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."

Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha"belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.

Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu." 

Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud" ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka. 

Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.

Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan drp hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."
Posted by Yudhi